Kita tidak bisa memberikan klaim bahwa perbedaan waktu atau zaman memberi implikasi pada perbedaan kualitas kecerdasan. Hal ini hanya dibatasi kecukupan kuantitas informasi akibat dari kekurangan sumber belajar yang secara tidak langsung, juga dipengaruhi oleh pengetahuan progresif-produktif. Keadaan ini membawa kita pada pemikiran bolak-balik, apakah kemajuan pengetahuan mempengaruhi kemajuan teknologi, atau kemajuan teknologi yang mendorong kemajuan pengetahuan. Namun pada akhirnya kita dapat memahami bahwa teknologi adalah produk dari pengetahuan produktif. Lanjut, bagaimana teknologi menguatkan perkembangan pengetahuan masa kini?,
Dalam banyak keadaaan, teknologi selain sebagai media transfer dapat pula difungsikan sebagai sumber pengetahuan. Seperti halnya, pengunggahan informasi dalam website dan aplikasi lainnya yang semakin banyak dilakukan oleh para pemilik pengetahuan sehingga akses informasi semakin terbuka, Kita hanya dengan koneksi internet yang memadai dapat membaca lebih banyak ilmu dari masa literasi sebelumnya. Dalam hal ini, dapat diasumsikan bahwa kita suda masuk pada masa keberlimpahan informasi yang didukung oleh perkembangan teknologi informasi. Hal ini ditandai dengan akses terbuka pada semua sumber pengetahuan. Jika Kita ingin membaca konten buku maka bisa dilihat dalam bentuk buku elektronik atau konten blog dan website. Jika pun Kita ingin berguru kepada pakar dan sumber pengetahuan lainya, maka Kita bisa menonton video dalam aplikasi YouTube. Beragam kemudahan ini menunjukkan bahwa sumber pengetahuan tidak lagi dibatasi oleh unsur-unsur klasik berupa ruang dan aspek keuangan, namuncenderung lebih mudah dan efektif. Inilah yang disebut dengan zaman literasi post modern. Meskipun saat ini sumber informasi melimpah, masih ditemukan kapitalisasi pengetahuan oleh beberapa pihak yang mengambil keuntungan dalam proses ini. Masih ada percetakan pembukuan sumber pengetahuan ilmiah yang masih menggunakan pendanaan sebagai kendala dalam keterbukaan akses baca dalam setiap buku atau makalah yang diterbitkan. Hal ini menjadi kelemahan literasi post modern yang perlu dikembangkan. Artinya keadaan ideal akan ditemukan ketika semua penerbit membuka semua akses informasi yang diterbitkan melalui pendanaan yang kecil atau memberikan kebijakan pada akses bebas untuk dibaca semua kalangan.
Di lain sisi keberlimpahan informasi dan pengetahuan memberikan efek absurd, hal ini disebabkan oleh kecepatan dan bebas akses minim batasan yang bisa diperoleh semua jenjang umur dan karakter. Sehingga kecerdasan dalam menyikapi informasi sangat dibutuhkan. Keberlimpahan ini bisa di sikapi dengan mengadopsi strategy volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity (VUCA) yang dipadukan dengan strategy turbulency, uncertainty, novelty, dan ambiguity (TUNA). Kedua pendekatan ini digunakan untuk menyikapi ragam informasi yang tidak menjanjikan ketepatan dan kebenaran. Dengan keberlimpahan sumber, memungkinkan terjadi tumpang tindihnya informasi dan menimbulkan kebingungan atau ambiguitas pada masyarakat. Tumpang tindih yang dimaksud adalah adanya informasi dari berbagai sudut pandang yang kontradiktif yang disusupi oleh kepentingan atau cara pandang lain berkaitan dengan konten informasi tersebut. Akibat dari ragam informasi yang dapat diakses cepat, maka terjadi pula ketidakpastian informasi akibat rujukan pengukuran dan sudut pandang yang berbeda yang dikeluarkan oleh sumber informasi meskipun dalam objek yang sama. Dalam hal ini informasi atau pengetahuan pada masa literasi post modern semakin menunjukkan kompleksitas baru Hal ini ditandai dengan sumber rujukan yang banyak berbeda yang menyebabkan sulitnya diambil titik temu antara beberapa referensi tersebut. Dengan demikian maka muncul penafsiran ganda atau ambiguitas untuk dapat menginterpretasikan informasi atau pengetahuan agar dapat dipahami secara bersama-sama. Sementara itu masuknya strategi TUNA memberikan penekanan pada masyarakat terhadap gangguan informasi baik yang disengaja maupun yang terjadi secara alami untuk dapat disikapi secara bijak dan dianalisis secara mendalam. Sehingga strategi masa depan untuk penyebarluasan informasi ditekankan pada unsur atau konten kebaruan dari informasi itu sendiri yang dikenal dengan novelty.